2013-2018 adalah momen di mana saya berharap kelak bisa kuliah di luar negeri. Bagaimana tidak, semua keluarga saya dari ayah sampai kakak-kakak saya pernah mengenyam pendidikan di luar sana. Anak kecil yang polos itu benar-benar berharap bahwa masa depan akan sesuai dengan harapan yang telah direncanakan. 2019 saat duduk di jenjang SMA saya menghadapi momen di mana semua harapan yang telah saya pupuk sedari kecil telah pupus begitu saja. Orang tua tidak mengizinkan. Harapan pupus. Iri kepada kakak-kakak. Malu kepada tetangga karena beda sendiri. Di tengah semua perasaan itu, saya tetap percaya bahwa keberkahan ada pada ridha orang tua. 2020 saya juga mendapati momen yang menyakitkan lagi. Saya mencoba mengajukan lokasi universitas impian saya yang berada di tanah air. Ternyata tetap ditolak dengan alasan jarak. “Di Jawa Timur saja ya…” permintaan beliau. Saya kemudian mengajukan nama universitas di daerah Malang. Lagi-lagi ditolak dengan alasan yang sama. “Di Surabaya aja nak, Malang kejauhan...” ucapan beliau kembali. Hampir tiap malam kamar saya banjir dengan tetesan air mata pda saat itu. Dengan penuh keterpaksaan, saya mencoba mendaftar di UINSA. Hal memalukan pun terjadi. Saya tidak diterima pada pendaftaran awal (SPANPTKIN) Hal memalukan pun terjadi, pada saat proses pendaftaran awal yaitu SPANPTKIN saya tidak diterima oleh universitas yang benar-benar tidak saya sukai ini. Pada saat itu saya khawatir apa kata orang bila seorang Husain yang dianggap “wow” itu tidak diterima di kampus UIN. Stress memuncak, tidak ada hari kecuali saya memilih menutuop diri dari berbagai interaksi karena malu menyampaikan fakta bahwa manusia yang dianggap “wow” ini tidak diterima di UIN. Semua orang menganggal saya baik-baik saja pada saat itu, padahal hati seperti dipatahkan begitu saja. Ikhtiar belum selesai, saya masih berusaha mengejar pendaftaran kedua melalui jalur UMPTKIN yang Alhamdulillahnya diterima. Ini sangat memalukan sebab rasanya aneh bila saya harus bersyukur diterima oleh kampus yang tidak pernah saya sukai ini. Di tengah pendidikan kami di sini, hikmah yang Allah berikan dibalik semua drama itu terbayar. Pelajaran demi pelajaran bisa saya dapatkan di sini dan tidak akan bisa saya dapatkan di tempat lain. Semua takdir-takdir baiknya Allah terbuka luas saat saya di sini. Uinsa tidak buruk seperti yang saya bayangkan waktu itu. Harapan yang telah saya rencanakan pada waktu itu yang saya anggap gagal ternyata tidak benar-benar gagal. Allah hanya meminta saya untuk belajar melihat dari banyak perspektif. Abi saya yang melarang saya waktu itu ternyata memberikan keputusan terbaiknya. Rencana Allah itu di belakang❤️
Pemilu damai adalah harapan bersama❤️ Kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sekalian yang sebelumnya datang berkunjung❤️ Kami juga ucapkan permohonan maaf kami kepada banyak pihak bila ternyata ada beberapa ucapan kami yang dinilai buruk oleh banyak pihak❤️ Huru hara adalah sebuah keniscayaan yang pasti terjadi. Mari wujudkan pemilu damai bersama❤️ Siapapun yang menang, mari bersama-sama kita wujudkan persatuan dan bantu mengawal pemerintah agar kepentingan kita bersama bisa terpenuhi❤️ ☝️❤️✌️❤️🤟